Heru
Heru Hanya sebuah situs webLog sederhana sebagai media belajar dan berbagi, dengan harapan semoga dapat bermanfaat untuk semua.

JENIS -JENIS PRAKTIKUM

Berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan praktikum dapat dibagi atas praktikum individual, beregu (berkelompok), dan demonstrasi.

• Praktikum individual adalah praktikum yang mengharuskan setiap mahasiswa secara individual mengikuti semua prosedur praktikum termasuk menyusun laporan praktikum. Cara ini mempunyai kekuatan dalam hal memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa mendapat pengalaman belajar dan berlatih bekerja mandiri baik dalam melaksanakan praktikum maupun dalam menyusun laporan. Kelemahan cara ini adalah bahwa mahasiswa kurang diberi kesempatan untuk berlatih bekerja dalam kelompok (teamwork) baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota. Selain itu, untuk kegiatan serupa ini diperlukan bahan dan peralatan dalam jumlah yang memadai. Jika peralatan kurang, mahasiswa mungkin harus bergilir untuk menggunakan alat-alat sehingga praktikum menjadi kurang efisien dan mengurangi bobot kredit yang sesungguhnya.

• Praktikum beregu memungkinkan mahasiswa untuk berlatih bekerja sama dalam kelompok dalam situasi pemimpin dan terpimpin. Salah seorang dari mereka berperan sebagai pemimpin yang mengamati dan membantu mahasiswa yang sedang melakukan praktikum. Pemimpin akan beralih peran menjadi terpimpin setelah mahasiswa yang berpraktikum selesai melakukan tugasnya dengan baik. Yang seperti ini merupakan situasi yang sangat ideal. Lebih baik lagi, kalau dosen dapat merencanakan agar penulisan laporan dilakukan secara kelompok juga tanpa menguragi kemandirian para penulis. Yang kurang baik adalah kalau praktikum beregu merupakan keterpaksaan karena bahan dan peralatan yang kurang karena akan menurunkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Lebih-lebih, kalau anggota regu terlalu banyak sehingga di antara mereka ada yang hanya berperan sebagai pengamat. Para pengamat ini dirugikan karena pengalaman belajar mereka sangat sedikit.

• Demonstrasi merupakan hal yang baik untuk melengkapi pertemuan tatap muka teori di kelas atau untuk memulai suatu kegiatan praktikum yang harus didahului dengan demontrasi namun bukan sebagai kegiatan praktikum sendiri. Demonstrasi ini mungkin hanya dapat dilakukan kalau menyangkut peralatan yang sangat “rawan” atau bahan yang sangat mahal.

Ditinjau dari segi pengendalian, praktikum dibagi menjadi dua kategori yaitu praktikum mandiri dan praktikum terkendali.

• Dalam praktikum mandiri, setiap mahasiswa/regu diberi kesempatan untuk melaksanakan praktikum tanpa pengawasan yang ketat. Hal ini hanya mungkin terjadi kalau prosedur cukup sederhana atau prosedur yang kompleks namun mempunyai langkah-langkah yang sangat jelas. Idealnya, setiap mahasiswa bahkan dapat menentukan sebagian dari ketentuan praktikum sesuai dengan minatnya misalnya dalam penentuan kadar vitamin C, mahasiswa dapat memilih bahan apa yang akan diukur. Lebih ideal lagi, kalau dikerjakan secara beregu dengan jumlah anggota regu yang sedikkit misalnya dua orang.

• Praktikum terkendali diperlukan kalau prosedur yang kompleks tidak dapat dilaksanakan tanpa bimbingan yang ketat atau kalau praktikum mengikutkan alat yang rawan dan mahal sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati. Praktikum yang seperti ini mungkin harus didahului dengan demonstrasi untuk setiap langkahnya sebelum mahasiswa melaksanakan sendiri.

Praktikum dapat dilakukan di laboratorium, lapangan, atau di dalam kelas.

• Pada umumnya, praktikum sains dilakukan dalam laboratorium pengajaran yaitu laboratorium yang dirancang untuk praktikum bukan untuk penelitian. Namun, kalau praktikum itu melibatkan alat canggih atau rawan yang boleh dioprasikan hanya oleh orang yang terlatih yang digunakan untuk penelitian maka praktikum dapat dilakukan di laboratorium penelitian.

• Praktikum lapangan diperlukan bagi bidang-bidang teknik, pertanian, sains yang berhubungan dengan lapangan/lingkungan, humaniora, dan ilmu-ilmu sosial. Praktikum inni dapat dilakukan secara individual atau beregu, mandiri atau terkendali.

• Praktikum di kelas dapat digunakan kalau praktikum tersebut berupa diskusi atau pengajaran prosedur yang hanya berkaitan dengan alat-alat tulis dan gambar yang tidak memerlukan studio gambar.

Berdasarkan jenis kegiatan, peningkatan pemahaman teori melalui kegiatan yang terstruktur dan terjadwal sebagai subsistem dari pembelajaran suatu mata kuliah dapat berupa “praktikum” dalam arti sempit, latihan/responsi, diskusi, atau diskusi yang berupa seminar (kalau kuliah menyangkut teori tentang seminar).

• Praktikum dalam arti sempit merupakan kegiatan pembelajaran terstruktur dan terjadwal sebagai pelengkap tatap muka teori yang dilakukan di laboratorium. Kegiatan ini dapat berupa pelaksanaan prosedur yang bersifat baku (misalnya penentuan kadar protein, daya tekan bahan, titrasi, pengukuran elevasi, proses pengendalian) atau yang berupa percobaan yang bukan penelitian (misalnya membandingkan perbedaan antara pengaruh auksin dan giberelin, mengukur produksi CO2 pada tanaman yang diberi cahaya dan tidak diberi cahaya) atau dapat juga berupa kombinasi antara keduanya.

• Responsi/latihan adalah kegiatan “tanya-jawab” di luar tatap muka teori. Kegiatan ini berupa pelaksanaan tugas-tugas oleh mahasiswa dengan mengikuti prosedur yang sudah disiapkan. Sebagai contoh, dalam pemahaman tentang teori pengambilan contoh (statistika) mahasiswa diberi tugas untuk melakukan berbagai jenis pengembalian contoh dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menggunakan tabel angka acak, pelotrean, pelemparan dadu dan mata uang logam, dan menggunakan kartu brij. Populasi yang digunakan dapat disiapkan oleh dosen atau mahasiswa memilih sendiri yang tersedia di sekitar mereka misalnya “seluruh nilai tinggi badan mahasiswa di kelas itu “atau” seluruh pendapatan orang tua mahasiswa di kelas itu”. Responsi dalam bentuk lain dapat berupa mengerjakan tugas tentang berbagai studi kasus yang dipersiapkan dosen. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa dapat bekerja masing-masing atau dalam kelompok dengan bermain peran”pimpinan-terpimpin”.

• Diskusi sebagai “praktikum” bukanlah diskusi kelas yang merupakan bagian dari tatap muka teori. Karena itu, bahan yang disiapkan dosen harus lebih “utuh” daripada bahan diskusi kelas yang merupakan bagian dari tatap muka teori.
(Heru.W)
Berbagai sumber

Heru  Hanya sebuah situs webLog sederhana sebagai media belajar dan berbagi, dengan harapan semoga dapat bermanfaat untuk semua.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.